KBRN, Jakarta : Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) mengingatkan pemerintah pusat dan daerah serta intansi terkait
untuk meningkatkan koordinasi karena
Januari tahun depan, diprediksi intensitas hujan semakin tinggi. Hujan lebat
berpotensi banjir dan tanah longsor.
Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Tri Budiarto
mengatakan dalam mengatasi persoalan bencana seperti banjir dan tanah longsor,
masyarakat perlu dilibatkan.
“Desember hujan, Januari hujannya lebih hebat. Ini
waktu yang tepat untuk bersama-sama pemerintah pusat sampai kecamatan bicara
apa adanya. Ajak masyarakat, dengar suara mereka sehingga sama-sama memutuskan
visi mau ke mana,” kata Tri Budiarto, dalam perbincangan bersama Radio Republik
Indonesia, Minggu (28/12/2014).
Apabila pemerintah dengan masyarakat tidak kompak
dalam menghadapi banjir maka akan menjadi sia-sia kebijakan yang telah
ditetapkan. Misal untuk relokasi, pemerintah menilai relokasi penduduk yang
bermukim di bantaran sungai sebagai solusi, namun masyarakat menolak.
“Kalau bertahan pada konsep masing-masing maka buang
waktu”.
Sementara itu terkait dengan penanganan banjir di Kabupaten
Bandung, Jawa Barat, telah berlangsung hingga 10 hari namun air belum surut. Seperti
dilansir di situs BNPB, banjir di beberapa wilayah Bandung telah berdampak pada
lebih dari 14 ribu jiwa atau sekitar 4.400 KK mengungsi.
Total warga yang masih mengungsi sejumlah 14.276
jiwa. Mereka berasal dari Kecamatan Baleendah 5.365 jiwa (1.608 KK),
Dayeuhkolot (5.827 jiwa (1.906 KK), Bojongsoang 1.680 jiwa (498 KK), Ketapang
747 jiwa (229 KK), dan Cicalengka 657 jiwa (159 KK).
Tri menilai penanganan banjir di Kabupaten Bandung, semakin baik.
Pasokan makanan untuk pengungsi mencukupi. Bantuan dari berbagai pihak terus berdatangan.
Dia meminta petugas di posko untuk
mendata semua bantuan dari donatur. Pengungsi pun berada ditempat yang aman dan
kondusif seperti GOR, masjid, kantor RW. Diakui masih didapati warga yang
enggan mengungsi. Dia pun memakluminya.
“Pemda sudah melakukan dan bagus untuk para
pengungsi. TNI/Polri, Dinsos, Kemensos dalam satu komando bagus,” jelasnya.
(Sgd/WDA)
Sumber : http://www.rri.co.id/post/berita/128835/nasional/hadapi_bencana_bnpb_ingatkan_masyarakat_perlu_dilibatkan.html
Komunitas Radio Bencana 171.300 MHz
@RakomBencana
Wednesday, January 21, 2015
Tuesday, January 20, 2015
Membangun tanggap bencana melalui radio HT
Ancaman bahaya Gunung Merapi masih ada walaupun
gunung api paling aktif di Indonesia ini dalam kondisi tenang dan tidak
lagi mengeluarkan abu vulkanik yang biasa disebut penduduk lokal
sebagai wedhus gembel.
Setelah erupsi tahun lalu Pusat Vulkanologi
Mitigasi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut masih ada
ancaman sekitar 90 juta kubik lahar dingin yang sewaktu-waktu bisa
menyapu kawasan yang dilalui sejumlah aliran sungai yang berhulu di
Merapi.Topik terkait
Awal tahun ini bahkan hampir setengah Desa Jumoyo, Magelang, Jawa Tengah, hancur tersapu lahar dingin yang mengalir dari Kali Putih.
Aliran lahar dingin ini juga sempat memutuskan jalur Yogyakarta-Magelang.
Sementara di Yogyakarta aliran lahar dingin yang masuk ke Kali Code, menyebabkan sejumlah kawasan di kota Yogyakarta terendam banjir.
Sejumlah sungai yang biasa dialiri lahar dingin di antaranya kali Gendol, kali Opak, kali Boyong, dan kali Code yang melewati kota Yogya.
Masih tingginya ancaman Merapi ini membuat beberapa komunitas warga di lereng Merapi membentuk sistem komunikasi tanggap bencana, sebagai peringatan dini bagi warga yang berada di kawasan bencana.
Bunyi tut panjang
Warga di seputar Merapi menggunakan radio HT untuk mengantisipasi bencana
Salah satu cara penyebaran informasi yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan sarana frekuensi radio HT.
Sarana radio HT ini menjadi pilihan utama karena sinyal telepon seluler tidak tembus di sebagian besar kawasan dekat puncak Merapi.
Menurut Elanto Wijoyono, kordinator Jalin Merapi Sleman Yogyakarta, banyak komunitas warga lokal yang terhubung dengan radio HT.
"Ada banyak frekuensi radio komunitas yang digunakan di Magelang, Sleman, Klaten, Boyolali untuk memantau dari hulu sampai ke bawah, ada mekanismenya untuk memantau dari radio ini," kata Elanto.
"Kalau bunyi tut panjang, artinya Merapi dalam keadaan aman. Tetapi kalau suara tut nya terputus putus atau bergelombang berarti aktifitas Merapi sedang meningkat"
"Misalnya ada relawan yang naik ke atas Merapi sewaktu hujan deras, warga yang lain memantau komunikasi radio yang disampaikan warga yang di atas, jadi jika ada situasi darurat maka mereka sudah siap," tambah Elanto.
Menurut Elanto sistem ini terbukti efektif karena bisa meminimalkan risiko lahar dingin yang melintas di aliran sungai yang berhulu dari Merapi.
Sistem ini menurut Elanto sebenarnya sudah berjalan selama 10 tahun.
"Dulu pada tahun 1990-an sudah ada tetapi hanya sedikit yang memakainya. Setelah erupsi besar tahun lalu kini semakin banyak yang punya radio HT dan jadi alat utama komunikasi warga, akibatnya kadang saluran menjadi penuh,’’ kata Elanto.
Ketika BBC menyisir kawasan lereng Merapi di Sleman Yogyakarta, banyak warga yang menenteng radio HT.
"Kalau bunyi tut panjang, artinya Merapi dalam keadaan aman. Tetapi kalau suara tutnya terputus-putus atau bergelombang berarti aktivitas Merapi sedang meningkat,’’ kata Iwan, seorang warga Kepuharjo, Cangkringan, Yogyakarta.
Iwan yang kini bekerja sebagai tukang ojek di dekat puncak Merapi juga mengaku menggunakan radio HT-nya untuk menginformasikan ancaman bahaya yang dia lihat.
"Dari sini juga bisa terlihat aliran lahar dingin kalau turun hujan deras, saya langsung informasikan melalui HT ini agar yang di bawah bersiap-siap," kata Iwan.
Elanto mengatakan apa yang dilakukan dengan radio HT ini murni swadaya masyarakat.
Patok evakuasi
Tempat kumpul warga bila Merapi mengeluarkan abu vulkanik
Koordinator Pasak Merapi, Sukiman, mengatakan komunitas ini memberikan pelatihan bagi warga Merapi untuk memahami tanda-tanda erupsi dan upaya yang harus dilakukan jika Gunung Merapi meletus atau menghadapi ancaman lahar dingin.
Pasak Merapi membentuk Tim Siaga Desa yang dikoordinir oleh Kepala Desa setempat.
"Kami telah membuat prosedur tetap untuk penanganan bencana di masing-masing dusun, di antaranya mengenai proses evakuasi warga jika sewaktu-waktu Merapi meletus," kata Sukiman.
"Patok-patok evakuasi juga dipasang di sejumlah tempat untuk memudahkan warga jika mereka harus mengungsi, jadi tinggal mengikuti patok itu saja untuk melalui jalur yang aman dan bertemu di titik kumpul sebelum dibawa ke tempat pengungsian," tambah Sukiman.
Sukiman mengharapkan jika Merapi kembali meletus di masa datang, maka jumlah korban bisa dikurangi.
Komunitas-komunitas Merapi juga sering melakukan pertemuan bulanan yang bukan hanya terkait dengan pembahasan waspada bencana tetapi juga untuk penghijauan Merapi.
Sumber : BBC / Sigit Purnomo
Pelatihan Tanggap Darurat Bencana Bidang Komunikasi Radio BergerakUntuk Kesiapan Menghadapi Bencana Gempa Bumi Dan Tsunami.
Subscribe to:
Posts (Atom)