Pages

Wednesday, January 21, 2015

Hadapi Bencana, BNPB Ingatkan Masyarakat Perlu Dilibatkan

KBRN, Jakarta : Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengingatkan pemerintah pusat dan daerah serta intansi terkait untuk  meningkatkan koordinasi karena Januari tahun depan, diprediksi intensitas hujan semakin tinggi. Hujan lebat berpotensi banjir dan tanah longsor.  

Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB Tri Budiarto mengatakan dalam mengatasi persoalan bencana seperti banjir dan tanah longsor, masyarakat perlu dilibatkan.  

“Desember hujan, Januari hujannya lebih hebat. Ini waktu yang tepat untuk bersama-sama pemerintah pusat sampai kecamatan bicara apa adanya. Ajak masyarakat, dengar suara mereka sehingga sama-sama memutuskan visi mau ke mana,” kata Tri Budiarto, dalam perbincangan bersama Radio Republik Indonesia, Minggu (28/12/2014).  

Apabila pemerintah dengan masyarakat tidak kompak dalam menghadapi banjir maka akan menjadi sia-sia kebijakan yang telah ditetapkan. Misal untuk relokasi, pemerintah menilai relokasi penduduk yang bermukim di bantaran sungai sebagai solusi, namun masyarakat menolak.

“Kalau bertahan pada konsep masing-masing maka buang waktu”.  

Sementara itu terkait dengan penanganan banjir di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, telah berlangsung hingga 10 hari namun air belum surut. Seperti dilansir di situs BNPB, banjir di beberapa wilayah Bandung telah berdampak pada lebih dari 14 ribu jiwa atau sekitar 4.400 KK mengungsi.  

Total warga yang masih mengungsi sejumlah 14.276 jiwa. Mereka berasal dari Kecamatan Baleendah 5.365 jiwa (1.608 KK), Dayeuhkolot (5.827 jiwa (1.906 KK), Bojongsoang 1.680 jiwa (498 KK), Ketapang 747 jiwa (229 KK), dan Cicalengka 657 jiwa (159 KK).  

Tri menilai penanganan  banjir di Kabupaten Bandung, semakin baik. Pasokan makanan untuk pengungsi mencukupi. Bantuan dari berbagai pihak terus berdatangan. 

Dia meminta petugas di posko untuk mendata semua bantuan dari donatur. Pengungsi pun berada ditempat yang aman dan kondusif seperti GOR, masjid, kantor RW. Diakui masih didapati warga yang enggan mengungsi. Dia pun memakluminya.
 

“Pemda sudah melakukan dan bagus untuk para pengungsi. TNI/Polri, Dinsos, Kemensos dalam satu komando bagus,” jelasnya. (Sgd/WDA)

Sumber :  http://www.rri.co.id/post/berita/128835/nasional/hadapi_bencana_bnpb_ingatkan_masyarakat_perlu_dilibatkan.html

Tuesday, January 20, 2015

Membangun tanggap bencana melalui radio HT

Ancaman bahaya Gunung Merapi masih ada walaupun gunung api paling aktif di Indonesia ini dalam kondisi tenang dan tidak lagi mengeluarkan abu vulkanik yang biasa disebut penduduk lokal sebagai wedhus gembel.
Setelah erupsi tahun lalu Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut masih ada ancaman sekitar 90 juta kubik lahar dingin yang sewaktu-waktu bisa menyapu kawasan yang dilalui sejumlah aliran sungai yang berhulu di Merapi.
Warga di seputar Merapi mengantisipasi bencana ini dengan menggunakan sistem komunikasi melalui radio HT dan pelatihan masyarakat.
Awal tahun ini bahkan hampir setengah Desa Jumoyo, Magelang, Jawa Tengah, hancur tersapu lahar dingin yang mengalir dari Kali Putih.
Aliran lahar dingin ini juga sempat memutuskan jalur Yogyakarta-Magelang.
Sementara di Yogyakarta aliran lahar dingin yang masuk ke Kali Code, menyebabkan sejumlah kawasan di kota Yogyakarta terendam banjir.
Sejumlah sungai yang biasa dialiri lahar dingin di antaranya kali Gendol, kali Opak, kali Boyong, dan kali Code yang melewati kota Yogya.
Masih tingginya ancaman Merapi ini membuat beberapa komunitas warga di lereng Merapi membentuk sistem komunikasi tanggap bencana, sebagai peringatan dini bagi warga yang berada di kawasan bencana.

Bunyi tut panjang

Radio HT
Warga di seputar Merapi menggunakan radio HT untuk mengantisipasi bencana
Jaringan Informasi Lingkar Merapi atau Jalin Merapi merupakan salah satu komunitas yang giat memberikan informasi bagi warga lereng merapi untuk mewaspadai bencana.
Salah satu cara penyebaran informasi yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan sarana frekuensi radio HT.
Sarana radio HT ini menjadi pilihan utama karena sinyal telepon seluler tidak tembus di sebagian besar kawasan dekat puncak Merapi.
Menurut Elanto Wijoyono, kordinator Jalin Merapi Sleman Yogyakarta, banyak komunitas warga lokal yang terhubung dengan radio HT.
"Ada banyak frekuensi radio komunitas yang digunakan di Magelang, Sleman, Klaten, Boyolali untuk memantau dari hulu sampai ke bawah, ada mekanismenya untuk memantau dari radio ini," kata Elanto.
"Kalau bunyi tut panjang, artinya Merapi dalam keadaan aman. Tetapi kalau suara tut nya terputus putus atau bergelombang berarti aktifitas Merapi sedang meningkat"
Menurut Elanto, sistem penyebaran informasi ini sangat sederhana.
"Misalnya ada relawan yang naik ke atas Merapi sewaktu hujan deras, warga yang lain memantau komunikasi radio yang disampaikan warga yang di atas, jadi jika ada situasi darurat maka mereka sudah siap," tambah Elanto.
Menurut Elanto sistem ini terbukti efektif karena bisa meminimalkan risiko lahar dingin yang melintas di aliran sungai yang berhulu dari Merapi.
Sistem ini menurut Elanto sebenarnya sudah berjalan selama 10 tahun.
"Dulu pada tahun 1990-an sudah ada tetapi hanya sedikit yang memakainya. Setelah erupsi besar tahun lalu kini semakin banyak yang punya radio HT dan jadi alat utama komunikasi warga, akibatnya kadang saluran menjadi penuh,’’ kata Elanto.
Ketika BBC menyisir kawasan lereng Merapi di Sleman Yogyakarta, banyak warga yang menenteng radio HT.
"Kalau bunyi tut panjang, artinya Merapi dalam keadaan aman. Tetapi kalau suara tutnya terputus-putus atau bergelombang berarti aktivitas Merapi sedang meningkat,’’ kata Iwan, seorang warga Kepuharjo, Cangkringan, Yogyakarta.
Iwan yang kini bekerja sebagai tukang ojek di dekat puncak Merapi juga mengaku menggunakan radio HT-nya untuk menginformasikan ancaman bahaya yang dia lihat.
"Dari sini juga bisa terlihat aliran lahar dingin kalau turun hujan deras, saya langsung informasikan melalui HT ini agar yang di bawah bersiap-siap," kata Iwan.
Elanto mengatakan apa yang dilakukan dengan radio HT ini murni swadaya masyarakat.

Patok evakuasi

Tempat kumpul warga bila Merapi berbahaya
Tempat kumpul warga bila Merapi mengeluarkan abu vulkanik
Komunitas lain yang juga aktif di Merapi adalah Pasak Merapi.
Koordinator Pasak Merapi, Sukiman, mengatakan komunitas ini memberikan pelatihan bagi warga Merapi untuk memahami tanda-tanda erupsi dan upaya yang harus dilakukan jika Gunung Merapi meletus atau menghadapi ancaman lahar dingin.
Pasak Merapi membentuk Tim Siaga Desa yang dikoordinir oleh Kepala Desa setempat.
"Kami telah membuat prosedur tetap untuk penanganan bencana di masing-masing dusun, di antaranya mengenai proses evakuasi warga jika sewaktu-waktu Merapi meletus," kata Sukiman.
"Patok-patok evakuasi juga dipasang di sejumlah tempat untuk memudahkan warga jika mereka harus mengungsi, jadi tinggal mengikuti patok itu saja untuk melalui jalur yang aman dan bertemu di titik kumpul sebelum dibawa ke tempat pengungsian," tambah Sukiman.
Sukiman mengharapkan jika Merapi kembali meletus di masa datang, maka jumlah korban bisa dikurangi.

Komunitas-komunitas Merapi juga sering melakukan pertemuan bulanan yang bukan hanya terkait dengan pembahasan waspada bencana tetapi juga untuk penghijauan Merapi.
Sumber : BBC / Sigit Purnomo

Pelatihan Tanggap Darurat Bencana Bidang Komunikasi Radio BergerakUntuk Kesiapan Menghadapi Bencana Gempa Bumi Dan Tsunami.

Tanggal 2 – 4 Nopember 2012  Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika telah mengadakan  Pelatihan Tanggap Darurat Bencana bidang Komunikasi Radio Bergerak untuk Kesiapan menghadapi BencanaGempa Bumi dan Tsunami di Bogor.  Acaraini dibuka oleh Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika, dan dihadiri oleh Direktur Pengendalian SDPPI, Direktur Operasi Sumber Daya selaku Ketua Tim Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana Ditjen SDPPI, Tim SRCPB Ditjen SDPPI, perwakilan dari Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Tim ORARI, Tim RAPI, serta perwakilan Operator Telekomunikasi.Pembekalan Pelatihan diberikan oleh para narasumber yaitu Subando Diposaptono (Direktur Tata Ruang Pesisir danKepulauan Kementerian Kelautan dan Perikanan), Suhardjono (Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami), Hendry MulyaSjam (Network Service Quality Management Group), serta perwakilan dari ORARI dan RAPI.Selain pembekalan dilakukan juga pelatihan dengan menggunakan 2 unit bergerak komunikasi radio SDPPI yang telah dilengkapi dengan peralatan komunikasi radio.